Sunday, August 07, 2011

Naveed Butt (Jubir HT Pakistan): Wahai Boneka AS, Waktumu Habis!

Sejak pembunuhan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan khusus Amerika Serikat di Pakistan pada awal Mei, Hizbut Tahrir Pakistan telah menjadi perhatian media dan pihak keamanan. Hizbut Tahrir diduga memiliki kemampuan penetrasi ke dalam jajaran petinggi militer Pakistan. Untuk membahas masalah ini lebih lanjut, Mahan Abedin dari Asian Times Online

melakukan wawancara ekslusif dengan juru bicara Hizbut Tahrir di Pakistan, Naveed Butt. Berikut beberapa kutipannya.

Bagaimana Anda menjelaskan banyak berita mengenai kekhawatiran terhadap Hizbut Tahrir Pakistan oleh media Pakistan dan media internasional?

Pemerintah Barat bersama media sangat menyadari dampak global dan jangkauan Hizbut Tahrir, terutama di dunia Muslim. Baik Amerika dan Inggris secara terbuka menyatakan bahwa partai kami sebagai lawan nyata malah akan semakin menggalang dukungan bagi seruan-seruan dan tujuan-tujuan kami. Oleh karena itu, mereka mencoba melakukan hal terbaik dengan berusaha mengabaikan kami di media. Pada saat yang sama mereka menggunakan agen penguasa Muslim untuk menghambat kegiatan-kegiatan kami melalui penindasan, penangkapan massal, penyiksaan dan penganiayaan. Pengaruh Hizbut Tahrir dan kegiatan-kegiatannya di tengah umat sekarang telah memaksa Barat menyoroti kami melalui media mereka dan begitu juga agen-agen mereka di negara-negara Muslim.

Media Barat dan Pakistan atas perintah dari pemerintahnya segera menyambutnya. Mereka mulai meracik kebohongan dan menyuarakan kekhawatiran yang tidak perlu kepada massa. Namun, ada pengecualian dimana ada juga sebagian wartawan yang tulus di Pakistan yang telah secara terbuka dan blak-blakkan menguak kebohongan ini dan mendukung perjuangan politik Hizbut Tahrir yang non-kekerasan bagi terbentuknya Khilafah.

Sampai sejauh mana militer Pakistan bersimpati kepada pandangan-pandangan dan tujuan-tujuan Hizbut Tahrir?

Kami menyeru orang-orang yang memiliki kekuatan untuk memenuhi kewajiban Islam mereka dan menghentikan kemungkaran dengan menggunakan otoritas mereka. Kami menyerukan mereka untuk menyingkirkan siapapun yang membangkang terhadap Allah dan Rasul-Nya serta berkomplot dengan kaum imperialis.

Mencari nushrah (dukungan) dari orang-orang yang memiliki kekuasaan adalah bagian dari metodologi Nabi Muhammad (saw). untuk mendirikan Negara Islam. Hizbut Tahrir mengikuti metode ini dalam raga dan jiwanya.

Berbeda dengan negara lain, tentara Pakistan bukanlah tentara elitis. Mereka datang dari semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, apapun yang ada dalam opini publik negara Pakitan, kurang lebih pikiran dan emosi yang sama juga dibawa oleh militer. Hizbut Tahrir telah bekerja pada masyarakat selama 10 tahun terakhir. Tidak mengherankan, seperti di masyarakat, ide khilafah dan penyatuan umat Islam bergema pada para perwira angkatan bersenjata.

Apa reaksi di dalam tubuh militer Pakistan terhadap pembunuhan Osama bin Laden pada tanggal 2 Mei?

Militer Pakistan adalah bagian dari masyarakat dan mereka berbagi perasaan Islam yang sama dengan masyarakat. Oleh karena itu, hal yang menjijikan dan membuat marah militer adalah arogansi Amerika dan sikap mengabdi para petinggi militer Pakistan yang terang-terangan kepada Amerika.

Tidak ada seorang pun yang waras di Pakistan, apalagi seorang perwira militer, yang lebih menyadari akan kemampuan keamanan Pakistan dan prosedur-prosedur operasi standar, yang bersedia untuk menerima penjelasan Amerika yang konyol bahwa tentara Amerika datang dari seberang perbatasan, melakukan operasi selama 40 menit dan kemudian dengan aman terbang kembali tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemimpin tertinggi militer dan sipil. Kejadian itu saja sudah cukup bagi para perwira angkatan bersenjata untuk menyimpulkan bahwa mereka benar-benar dipimpin oleh sekelompok orang antek Amerika. Inilah sebabnya mengapa Kepala Staf Angkatan Darat Jendral shfaq Parvez] Kiani sendiri yang mengunjungi garnisun militer dan memberikan penjelasan dengan gaya pertemuan-pertemuan di balai kota, termasuk di Universitas Pertahanan Nasional (NDU) dan Sekolah Staf Quetta, dalam rangka menenangkan para pejabat militer yang marah.

Argumen dasarnya dibangun di sekitar ketakutan, yaitu bahwa kami lemah dan tidak bisa melawan Amerika. Karena itu, kita harus menerima penghinaan dan pelanggaran kedaulatan Pakistan ini. Jelas, para perwira dari tentara profesional yang memiliki kemampuan nuklir tidak bersedia untuk menerima hal ini. Inilah sebabnya mengapa Amerika dan agen-agen mereka, seperti Jenderal Kiani, merasa mendapat kritikan tajam dan mulai menganggu siapa saja yang memiliki kecenderungan Islam. Ada laporan, perwira yang dikenal memiliki orientasi Islam tidak akan naik jabatan dengan jabatan yang lebih tinggi walaupun jika mereka pantas mendapatkannya, atau mereka diberikan pos yang tidak sensitif/berpengaruh. Hal ini pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi dan kekecewaan yang secara jelas tidak akan membantu Amerika dalam memenangkan dukungan dengan hati dan pikiran angkatan bersenjata.

Dalam hal pelanggaran dan erosi bertahap atas kedaulatan Pakistan oleh pemerintah AS, apakah ada titik di mana militer Pakistan bereaksi melawan AS?

Ini bukan masalah ‘jika’ tetapi adalah ‘kapan’. Frustrasi, kemarahan dan perasaan jijik saat ini yang ada dalam tentara Pakistan tidak dapat dipertahankan, terutama ketika semakin banyak orang sekarang yang percaya bahwa mereka seharusnya tidak ikut serta dalam “perang melawan teror”-nya Amerika.

Banyak pejabat militer yang telah mengundurkan diri secara diam-diam atau menjalani pengadilan di pengadilan militer karena menolak untuk memerangi saudara-saudara Muslim mereka di FATA (Wilayah Kesukuan Federal). Tekanan-tekanan ini tidak dapat dipertahankan tanpa batas. Bukti-bukti menunjukkan fakta bahwa (titik pecah) atas hal ini akan terjadi lebih awal daripada terjadi kemudian. Namun, pemutusan hubungan dengan Amerika tidak bisa terjadi di bawah kepemimpinan politik dan militer saat ini. Itu harus di bawah kepemimpinan Islam yang baru yang tulus, yaitu negara Khilafah.

Seperti situasi di Afganistan menjadi semakin kritis bagi aliansi Barat, dan dalam pandangan yang berbeda antara Pakistan dan Amerika pada hasil yang diinginkan dalam konflik Afganistan, apakah Anda membayangkan sebuah konfrontasi bersenjata antara Pakistan dan Amerika?

Di bawah kepemimpinan pengkhianat saat ini, tidak ada tantangan serius terhadap hegemoni Amerika di kawasan ini dan usaha-usahanya untuk menjarah sumber daya material yang besar dari Afganistan yang diperkirakan bernilai sekitar satu sampai tiga triliun dolar. Mereka sudah menyia-nyiakan sebuah kesempatan. Hanya dengan memotong jalur suplai NATO secara permanen dan mengusir para pejabat AS dari Pakistan akan memaksa Amerika mundur secara tergesa-gesa. Mengenai Amerika melawan Pakistan, jika Amerika membuat kesalahan itu, saya mengajukan pertanyaan, jika saja mereka belum mampu menundukkan kelompok-kelompok kecil mujahidin di Afganistan dalam satu dekade pertempuran, maka kesempatan apa yang mereka miliki untuk melawan tentara Muslim yang terkuat dan paling berpengalaman tempur di dunia?

Itu sebabnya mengapa pada tanggal 11 Maret 2009, dalam presentasinya kepada para pejabat kunci Obama, termasuk Kepala Staf Gabungan Laksamana Mike Mullen, Ketua Tinjauan Kebijakan Antar Afganistan-Pakistan untuk pemerintahan Obama, Bruce O Riedel, telah melihat pilihan ekstrem menyerang Pakistan, dan tentu saja mereka segera menghentikan ide ini. Menyerang sebuah negara yang memiliki puluhan senjata nuklir merupakan sesuatu yang melebihi kegilaan. Semua orang juga setuju akan hal ini

Sampai sejauh mana Taliban Pakistan merupakan ‘bentukan’ Direktorat Inter-Services Intelligence (ISI)?

Infiltrasi atas organisasi-organisasi longgar seperti Taliban tidaklah sulit bagi setiap pemerintah. Ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa Amerika telah mampu menyusup ke dalam struktur Taliban yang longgar yang menyebabkan kekacauan di Pakistan. Hal ini kemudian diperkuat oleh operator penghubung CIA-Central Intelligence Agency Raymond Davis dengan organisasi-organisasi militan.

[Sumber: http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/MG08Df01.html#.ThlJUfTBxTQ.facebook].

Diterjemahkan di Al - Wa'ie edisi Agustus 2011

No comments:

Custom Search